Kamis, 19 Februari 2009

CATUT NAMA PANGLIMA, KAWANAN PENIPU DIRINGKUS


"Sindikat mereka sudah masuk dalam organize crime atau organisasi kriminal mengingat sistem kerjanya yang rapi. Sasarannya pejabat di daerah atau institusi tertentu yang sedang disorot media massa," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Zulkarnain Adinegara di Mapolda, Rabu.
Ke delapan tersangka yaitu Arifudin Koharudin alias Arif (30), Amirudin Baharudin alias Amir (31), Burhan Nur alias Bur (30), Adil bin Jemain alias Adi (29), Patrick Gunaji alias Patri (28), M Rizal (32), Sahidah Laco (23), serta Fahri Baharudin (19). Mereka dibekuk di rumah yang dijadikan kantor di Taman Cipulir Estate, Jalan Cendana II Blok A3/2 Ciledug, Tangerang.
Dari tangan tersangka, polisi menyita 10 unit telepon genggam, 1 unit laptop, 1 mesin faks, 1 printer, dan 4 buah charger hendphone. Selain itu, juga disita 2 buah buku nikah, 11 buah kartu ATM, 4 buah buku tabungan, dan 2 catatan nomor rekening.
Lebih lanjut Kabid Humas yang didampingi Kasat Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda AKBP Nico Afinta mengatakan, modus penipuan kegiatan mereka yang sudah berlangsung setahun diperkirakan telah mengeduk keuntungan miliaran rupiah.
Modus yang dilakukan kelompok ini adalah dengan memalsukan tanda tangan pejabat pemerintahan. Sebelumnya mereka membaca media massa tentang isu krusial yang dihadapi suatu daerah atau instansi tertentu. Setelah itu, mereka mengirim surat kepada pejabat yang terlilit masalah dengan mencatut nama pejabat.
Kelompok ini bisa meniru surat-surat dinas dan tanda tangan pejabat sehingga tampak meyakinkan.
Penangkapan bermula dari adanya laporan Dra Mei Narwati bernopol LP/455/K/II/2009/SPK I (pejabat Depkes), yang melaporkan pemalsuan terhadap tanda tangannya. Mei melaporkan beredarnya surat yang mengatasnamakan dirinya, yang meminta dana di kantor-kantor dinas kesehatan.
Setelah melakukan penyelidikan, Tim Unit II Jatanras yang dipimpin Komisaris Pol Helmi Santika menindaklanjuti dengan meluncur ke lokasi kejadian dan melakukan penggerebekan. Tidak terlalu sulit menangkap para tersangka karena kebetulan sedang berada di dalam kantor.
Seorang tersangka, Arifudin, bertugas sebagai pencari database perusahaan rekanan instansi yang akan ditipu dari internet. Setelah mendapatkan database tersebut, pelaku kemudian membuat surat dengan tanda tangan palsu dari pejabat instansi.
"Kadang-kadang surat kita ditanggapi secara serius dan kita mendapat transfer uang. Tapi juga tidak jarang meleset. Data-data alamat, telepon, dan masalah instansi kita dapatkan dari internet," kata pria ini.
Selain melakukan penipuan dengan memalsukan tanda tangan, para penipu ini juga sering melakukan penipuan melalui SMS. Dengan cara mengacak nomor-nomor handphone, Arifudin dan teman-temannya mengirimkan SMS ke nomor tersebut.
"Kalau pakai SMS, biasanya berhasil. Pernah dapat Rp 30 juta dan uangnya dibagi-bagi," kata dia. Setelah berhasil, pelaku membuang SIM card HP agar tidak terlacak. Begitu pula dengan nomor rekening yang digunakan untuk menipu. (Sadono)

PERACIK SABU AHLI FARMASI


Kamis, 19 Februari 2009
JAKARTA (Suara Karya): Polisi akhirnya menetapkan enam tersangka dalam kasus penggerebekan pabrik sabu-sabu di Perumahan Citra Raya, Cikupa, Tangerang, dan gudang penyimpanannya di Jalan Perumahan Taman Kencana, Kalideres, Jakarta Barat. Kelompok mereka ditengarai terkait sindikat narkoba di China yang kegiatannya pernah terbongkar saat mereka membuka gudang penyimpanan sabu berkedok warnet di Taman Mutiara Palem, Jakarta Barat.
"Sebenarnya tersangka yang kami amankan dua belas orang. Tapi, setelah diperiksa intensif, hanya enam orang yang menjadi tersangka. Bukti-bukti sudah kuat tentang perbuatan mereka meracik dan mengedarkan sabu," kata Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Arman Depari di Jakarta, Rabu (18/2).
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahyono, Selasa malam lalu, menyempatkan meninjau lokasi pabrik sabu itu. Dia memberikan apresiasi terhadap hasil yang dicapai jajarannya. "Bukan semata-mata nilainya, tapi berapa anak bangsa yang diselamatkan? Kalau sampai beredar, tentu barang-barang berbahaya ini merupakan ancaman serius bagi bangsa kita," katanya.
Barang bukti yang disita antara lain 150 kilogram prekursor (bahan kimia untuk pembuatan sabu), 10 kilogram sabu cair, 15 kilogram sabu, 1 senpi berpeluru karet, 1 senpi berpeluru gas, 1 senpi jenis FN-38, 3 senpi jenis soft gun, 56 butir peluru kaliber 38, dan 23 butir peluru gas. Nilainya diperkirakan miliaran rupiah.
Sedangkan para tersangka adalah Raymond Areta, Ahmad Riyad, Supriyadi, Mona, Edy Alamsyah, dan Faouk. Mereka mengaku mendapatkan kemampuan meracik sabu dari internet. Tapi, ada juga salah satu tersangka yang mengaku pernah kuliah di jurusan farmasi.
"Jumlah tersangka bisa saja bertambah karena pemeriksaan masih terus berlangsung. Selain itu, masih ada tersangka lain yang kami buru," kata Arman.
Terbongkarnya pabrik sabu itu masih berhubungan dengan pabrik sabu di ruko Taman Mutiara Palem, Jakarta Barat, beberapa waktu yang lalu. Keberhasilan aparat menemukan pabrik sabu di Taman Mutiara Palem ini mendorong Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyempatkan datang langsung ke lokasi kejadian untuk melihat dari dekat.
Keberhasilan polisi mengungkap pabrik sabu di Taman Mutiara Palem ini tidak membuat mereka menjadi kendur. Mereka bahkan kian intensif menelusuri jaringan lain berbekal keterangan para tersangka dan barang bukti yang telah disita.
Pada Selasa lalu, Polda Metro Jaya menggerebek dua pabrik sabu secara serentak. Bahkan, pabrik sabu di Jakarta Barat tidak hanya di satu lokasi, tapi tersebar di empat rumah yang berdekatan. (Sadono)


Rabu, 11 Februari 2009

MOBIL MANTAN GUBERNUR BI DIGONDOL MALING


JAKARTA (Suara Karya): Sedikitnya enam orang bersenjata api menyatroni kediaman mantan Gubenur Bank Indonesia (BI), Arifin M Siregar, di Jl Pejaten Barat II No. 5, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (3/12) dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dit Reskrimum) Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Muhammad Iriawan mengatakan, di Jakarta, Kamis, berdasarkan penyelidikan sementara diperoleh informasi bahwa para pelaku perampokan itu membawa empat buah senjata api. Empat senjata api yang digunakan terdiri atas satu pucuk jenis FN, dua pucuk jenis revolver, dan satu pucuk senjata laras panjang.
Namun demikian, lanjut Muhammad Iriawan, pihaknya belum mengetahui pasti apakah senjata-senjata itu asli. "Pelaku terindikasi membawa senjata api, tapi kita belum tahu itu senjata betulan atau tidak," tuturnya. Para pelaku hingga saat ini masih dalam penyelidikan Polres Jakarta Selatan serta Satuan Kejahatan dan Kekerasan (Sat Jatanras) Polda Metro Jaya.
Dalam aksi perampokan itu, para pelaku melumpuhkan empat petugas Satpam dengan menodongkan senjata, selanjutnya mengikatnya dengan tali serta melakban mulut para penjaga rumah itu. Setelah para penjaga rumah tak berdaya, pelaku masuk ke dalam rumah dan menguras harta benda milik korban. Satu unit DVD, tiga unit telepon genggam, dan uang tunai sebesar Rp 520 ribu diambil pelaku di ruang keluarga.
Kemudian pelaku keluar ruangan itu dan mengambil sebuah mobil Fortuner B 8554 MK di garasi. "Ada tiga mobil di situ, ada Kijang, Peugeot, tetapi yang diambil Fortuner," katanya.
Menggunakan mobil hasil rampokan, para pelaku kabur membawa barang jarahan lainnya termasuk satu unit laptop yang kebetulan berada di dalam mobil yang dibawa perampok tersebut.
Menurut M Iriawan, saat perampokan terjadi sang pemilik rumah, Arifin dan istrinya, serta anak dan pembantunya tengah tertidur pulas di lantai dua sehingga tidak mengetahui adanya perampok yang menyambangi rumahnya.
Kawasan Pejaten memang dikenal menjadi incaran penjahat. Sudah beberapa kali polisi menangani kawasan elite yang dekat dengan permukiman padat penduduk itu. Sebelumnya, kasus serupa pernah dialami anggota DPR dari Partai Demokrat, Hakim Sorimuda Pohan, di Jl Pejaten Barat IV No 4C, pada 9 Mei 2008 lalu.
Kasus lainnya menimpa rumah pasangan Andreas Rihi dan Risma Indriyani di Jl Attahiriyah RT 10 RW 03 Pejaten Barat, pada 27 April 2008 lalu.
Aksi perampokan akhir-akhir ini meningkat di wilayah Jakarta. Tidak hanya di Pejaten, tapi juga di kawasan lain. Contohnya, kediaman mantan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Abdullah Puteh, yang berlokasi di Jalan Kemang Utara II B Nomor 18, Mampang, Jakarta Selatan, Senin (1/12) lalu dibobol dua perampok yang berpura-pura menjadi tamu.
Di daerah lain, hari Kamis kemarin juga terjadi perampokan, seperti di Bojonegoro, Jatim, di mana dua perampok bersenjata api dan celurit menembak seorang pemilik toko emas, Lilik Hartono (38), warga Desa Sukorejo, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro, Jawa Timur. Perampok membawa kabur barang perhiasan emas 700 gram senilai Rp 70 juta.
Sementara di Denpasar, Bali, dua orang perampok gagal menggasak uang milik seorang nasabah bank setelah sempat baku tembak dengan polisi yang memergoki kejadian itu di Jalan Veteran, Denpasar. Nasabah bank bernama Made Adi Krisna berhasil mengamankan uang Rp 75 juta yang baru diambil dari Bank Lippo Denpasar. (Sadono)

KAWANAN PENJAHAT DI ATM DI KROYOK MASSA


JAKARTA (Suara Karya): Komplotan pelaku kejahatan yang mencari korban pengguna anjungan tunai mandiri (ATM) kena batunya. Niat busuk mereka yang berpura-pura membantu korbannya malah berujung dengan pengeroyokan massa. Tiga anggota kompotan kini mendekam di Polsek Metro Jagakarsa, Jakarta Selatan.
"Saya lama-lama curiga ketika menelepon call center untuk menanyakan ATM saya yang tertelan, yang menjawab kok terlihat orangnya," kata Alam, pengguna ATM BNI di Ruko Tanjung Mas Raya, Jakarta Selatan, Senin (12/1).
Alan menceritakan pengalamannya itu di kantor Polsek Jagakarsa. Ia dimintai keterangan selaku saksi korban dengan tersangka Oliv, Syahrizal, dan Garnis Tumewu. Polisi juga menyita satu unit telepon seluler CDMA, gantungan plastik film, dan sejumlah uang tunai.
Lebih lanjut Alam yang juga mahasiswa Universitas Indonesia ini mengaku sengaja mengulur-ngulur waktu begitu melihat orang mencurigakan. Ia terus mengajukan pertanyaan ke call center. Ia makin yakin bahwa orang yang menjawab di telepon merupakan orang tersebut.
Ia pun meneriaki orang yang menggenggam ponsel itu. Karena terkejut, orang itu mencoba lari. Tapi satpam dan pengunjung di ruko merespons teriakan Alam dengan menangkap orang tersebut. Ternyata pelaku tidak sendiri. Ada dua temannya yang akhirnya ikut menyerahkan diri ke polisi.
Modus kejahatan yang dilakukan komplotan ini yakni dengan memasang stiker call center di ATM. Stiker call center yang asli diganti dengan call center milik komplotan tersebut.
Mereka juga memasang guntingan roll film di mesin ATM. Tujuannya, ATM yang sudah masuk akan terhambat dan akhirnya tertelan. Alam mengaku ATM-nya tertelan saat hendak mengambil uang. "Segera saya telepon call center yang tertera di atas mesin ATM," kata Alam di Polsek Jagakarsa, Jalan Timbul, Jakarta Selatan.
Anehnya, ketika dia menelepon call center tersebut dia disuruh menyebutkan nomor PIN. Ia pun mulai curiga. Meski demikian, dia tidak tahu bahwa nomor call center yang asli telah ditutup dengan stiker call center milik komplotan penipu.
Penipuan dengan cara menutup stiker nomor call center asli di mesin ATM dengan nomor HP penipu alias call center aspal bukan hal yang baru. Itulah kenapa dalam berbagai kesempatan pihak bank selalu meminta nasabah jangan menyebutkan nomor PIN kepada siapa pun, termasuk petugas call center.
Sesuai prosedur, jika nasabah bank kehilangan ATM atau pun ATM tertelan, nasabah diminta membuat laporan ke polisi untuk pengurusan ATM baru. "Kalau sampai menyebut nomor PIN, sudah pasti penipuan," kata Kabid Humas Polda Metro Kombes Pol Zulkarnain. (Sadono)

PEREMPUAN TELANJANG DALAM KOPOR

JAKARTA (Suara Karya): Sesosok mayat perempuan ditemukan dalam sebuah kopor di pinggir jalan tol km 1.200 Wiyoto-Wiyono (Cawang-Priok), Jakarta Utara, Minggu (18/1) pagi. Diduga ia merupakan korban kekerasan dan pelaku melemparnya dari dalam mobil yang melaju kencang.
Saat berita ini diturunkan semalam, polisi masih mengusut adanya informasi yang menyebutkan bahwa korban adalah Debi, beralamat di Gang Sawo III Jalan Dr Sahardjo RT 02/09 Kelurahan Manggarai Selatan, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Mayat korban ditemukan pertama kali oleh petugas patroli jalan tol (patroli jalan raya). Kondisinya sangat menyedihkan. Korban yang menderita luka-luka di sekujur tubuhnya itu tidak mengenakan busana dan hanya ditutup selimut.
Berdasarkan hasil otopsi tim dokter forensik RS Cipto Mangunkusumo, korban mengalami luka di bagian anus belakang (bekas sodomi) serta terdapat memar dan benjolan di kepala.
Di tubuh korban juga ada luka cekikan di leher dan terjadi pembengkakan, memar di kelopak mata kiri, dengan gigi rahang atas tidak ada, rahang bawah ompong. Diduga korban baru dianiaya pada Sabtu malam atau 12 jam sebelum ditemukan.
Ciri-ciri korban, umur sekitar 30 tahun, tinggi badan 165 cm, rambut pendek warna hitam dan sedikit pirang. Ciri menonjol lain, pada kaki sebelah kiri terdapat tompel sepanjang 10 cm dan golongan darah A.
Hingga Minggu sore, polisi belum menemukan identitas korban yang dimaksud. Itulah sebabnya Polres Jakarta Utara segera mengumumkan ciri-ciri korban melalui radio, televisi, dan media internet.
Meski demikian, sekitar pukul 18.00 WIB ada yang mengaku mengenal korban. Korban diketahui bernama Debi, beralamat di Gang Sawo III Jalan Dr Sahardjo RT 02/09.
Nuryadi, tetangga korban, menjelaskan sudah dua malam Debi tidak pulang. Wanita ini berasal dari Nangroe Aceh Darussalam dan telah tujuh tahun tinggal di Jakarta.
Kasus mayat dalam kopor bukan untuk pertama kalinya ditangani kepolisian. Sejumlah kasus serupa sempat mencuat, beberapa di antaranya berhasil diungkap kepolisian. Dalam tiga tahun terakhir setidaknya terjadi lima kasus mayat dalam kopor di Jakarta dan sekitarnya.
Pada 16 Oktober 2007, mayat perempuan hamil tiga bulan, belakangan diketahui bernama Susilowati Lilyana, ditemukan dalam kopor di Kali Ancol, Jakarta Utara. Tersangka pembunuhnya ternyata anak pemilik spa di Lokasari, Taman Sari. Korban adalah istri simpanan ayah tersangka.
Kemudian 6 Desember 2007 korban diketemukan di hutan pinus Kampung Lemang Nendeud, Megamendung, Bogor. Pada 21 April 2008, mayat perempuan muda ditemukan dalam kopor di pantai Pulau Tidung, Kabupaten Kepulauan Seribu.
Pada 23 Juli 2008, mayat lelaki ditemukan dalam kopor di Danau Sunter, Jakarta Utara. Belakangan korban diketahui Bambang Sapto Nugroho.
Kasus mayat dalam kopor baru-baru ini juga ditemukan di perairan Muara Gembong, Bekasi, November 2008. Hingga sekarang kasusnya belum terungkap. (Sadono)

YENNY WAHID TOLAK DIPERIKSA KARENA PANGGILAN TAK JELAS


JAKARTA (Suara Karya) : Putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, mendatangi Polda Metro Jaya terkait laporan Panglima Laskar Pembela Islam Munarman. Direktur eksekutif The Wahid Institute itu dijadwalkan menjalani pemeriksaan sebagai saksi menyusul pernyataannya tentang Insiden Monas 1 Juni 2008 dinilai telah mencemarkan nama baik Munarman.
Meski demikian pemeriksaan itu akhirnya ditunda setelah Yenny Wahid bertemu dengan penyidik di Satuan Reserse Remaja, Anak-anak dan Wanita (Renakta) Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda. Yenny mengatakan, banyak kejanggalan dalam surat polda yang ditujukan padanya tersebut.
"Saya bertanya pada penyidik, saya mau diperiksa kasus apa ? Ternyata status saya saksi terlapor atas tuduhan pencemaran nama baik yang dilaporkan Munarman," kata Yenny yang didampingi ibunya Ny Siti Nuriah. Selain Yenny, juga ada sejumlah nama seperti Adnan Buyung Nasution (Wantimpres), Asmara Nababan (aktivis HAM, dan Panda Nababan (anggota DPR), yang hendak diperiksa sebagai terlapor.
Pengacara Yenny, Pasang Haro Rajagukguk mengatakan, dalam surat panggilan, penyidik tidak menyebutkan uraian kasus sehingga membuatnya bingung dan perlu klarifikasi dulu.
Menurut Pasang, Yenny dipanggil sebagai saksi atas laporan Panglima Komando Laskar Islam, Munarman yang kini divonis 18 bulan penjara atas kasus kekerasan di Monas.
"Panggilan polisi itu janggal karena tidak menyebutkan dalam kasus apa. Lagi pula, laporan Munarman kan pada Juni 2008, kenapa baru sekarang ada pemanggilan," ujarnya.
Setelah mengetahui persoalannya, Yenny baru bersedia datang untuk diperiksa sebagai saksi, namun dipilihkan pada hari lain. "Kami menunggu panggilan penyidik berikutnya," ujarnya. Panda Nababan.
Munarman menuduh mereka telah mencemarkan nama baiknya karena telah menuduh mencekik seorang laskar Aliansi Kebangsaan untuk Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di Monas, pada 1 Juni 2008.
Munarman membantah telah mencekik anggota AKBB, melainkan justru dirinya mencegah seorang anggotanya yang hendak mengejar massa AKKBB.
Yenny menambahkan, polisi diminta cermat dalam menilai permasalahan dan melakukan analisa bukti materi untuk memanggil seseorang sebagai saksi. (Sadono)