Rabu, 26 November 2008
MASIH BANYAK YANG HARUS DIBENAHI DALAM MASALAH PENCEMARAN UDARA
Di kota besar seperti Jakarta, kontribusi terbesar polusi udara berasal dari kendaraan bermotor. Menurut catatan Bank Dunia, 70 persen pencemaran udara berasal dari kendaraan bermotor yang memproduksi emisi (gas buang).
Jakarta sendiri masuk dalam tiga besar untuk kategori kota terpolusi di dunia. Kadar karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari gas buang kendaraan di ibu kota Indonesia ini telah melampaui ambang batas. Kondisi ini tentu sangat membahayakan, mengingat gas beracun itu berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.
Pesatnya pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak diimbangi dengan panjang ruas jalan semakin membuat kekhawatiran bahwa ancaman polusi udara yang ditimbulkan emisi kendaraan makin serius. Itulah karenanya pelaksanaan uji emisi kendaraan disertai penegakan hukumnya menjadi mutlak diperlukan.
"Secara prinsip, Polda Metro Jaya setuju dengan pelaksanaan uji emisi kendaraan. Namun masalah penegakan hukum belum dapat serta-merta kita laksanakan secara tegas mengingat masih banyak persoalan yang harus dibenahi," kata Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Djoko Susilo menjawab Suara Karya, Kamis.
Polisi lalu lintas sendiri merupakan salah satu "korban" dari buruknya pengelolaan lingkungan di Jakarta mengingat mereka berkepentingan dalam pengaturan dan penjagaan lalu lintas.
40 Persen
Menurut catatan Dirlantas Polda, setiap harinya ada sekitar 1.250 hingga 1.500 unit kendaraan yang didaftarkan. Berdasarkan pengkajian, setap tahun jumlah kendaraan roda dua atau roda empat mengalami pertambahan hingga 40 persen.
Awal bulan Oktober 2006, misalnya, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar mencapai 7.015.000 unit. Sebanyak 98 persen di antaranya merupakan kendaraan pribadi.
Pada 2010 hingga 2014 nanti jumlah kendaraan bermotor semua jenis diperkirakan membengkak dua kali lipat antara 10-14 juta unit. Sayangnya, hal ini tidak didukung oleh pertambahan ruas panjang lebar jalan yang saat ini mencapai 7.639.136 km.
Ihwal pelaksanaan uji emisi tersebut pihak Dirlantas mengaku masih mengalami hambatan dan harus segera dibenahi. Ada kalangan masyarakat yang enggan mengikuti uji emisi karena besarnya biaya uji emisi.
Dalam sosialisasi yang disampaikan pemerintah, biaya uji emisi di sejumlah bengkel hanya berkisar antara Rp 30 ribu-Rp 50 ribu per kendaraan. Kenyataan di lapangan ditemukan besaran ongkos dikenakan sekitar Rp 450 ribu sampai Rp 700 ribu.
Ihwal mahalnya biaya uji emisi dibenarkan DPD Organda DKI Jakarta. Asosiasi pengusaha angkutan umum ini melihat, mahalnya biaya itu membuat banyak pemilikan kendaraan bermotor mencuekin Perda No 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
"Banyak pemilik kendaraan enggan melakukan uji emisi karena tidak saja memberatkan, tapi juga tidak ada transparansi," kata Sekretaris DPD Organda DKI Jakarta, TR Pandjaitan.
DPD Organda malah menemukan sejumlah bengkel yang mengutip tarif mahal, meski bengkel tersebut telah disertifikasi dan ditunjuk secara resmi oleh pemerintah. "Ini fakta, masak minta sertifikat uji emisi saja pemilik kendaraan sampai mengeluarkan Rp 1,5 juta? Mengapa biaya uji emisi lebih besar dari tarif umum yang hanya Rp 50 ribu," kata dia menanyakan.
DPD Organda melihat tak adanya transparansi Pemprov DKI Jakarta dalam pelaksanaan uji emisi ini. Misalnya untuk kriteria bengkel yang ditunjuk. Banyak ketentuan yang tidak jelas sehingga menimbulkan kecurigaan adanya praktik KKN.
Ada pula pemilik kendaraan yang mengaku sering tidak lulus setiap ikut tes. Konsekuensinya, pemilik kendaraan itu harus mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan.
Benturan
Lebih lanjut masalah yang harus dibenahi yakni tentang aspek sanksi bagi pemilik kendaraan yang tidak lulus uji emisi. Antara Perda Nomor 2 Tahun 2005 dengan UU No 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) belum sikron. Dalam pasal 28 ayat (1) Perda No 2/2005, mereka yang tidak lulus uji emisi gas buang diancam penjara paling lama enam bulan atau denda sebanyaknya Rp 50 juta.
Ini bertentangan dengan pasal 67 UU No 14 Tahun 1992 tentang ancaman pidana bagi pengendara yang kendaraannya tidak lulus uji emisi, di mana paling lama dua bulan atau denda Rp 2 juta.
Kemudian, dari aspek pemeriksa kendaraan. Menurut Djoko, pada pasal 19 Perda Nomor 2 Tahun 2005, pemeriksa bisa dari pihak swasta yang memiliki bengkel yang telah memenuhi syarat.
Sementara kriteria penyidik yang melakukan tes uji emisi dari kalangan kepolisian yang berhak melakukan proses indetifikasi dan pengecekan uji emisi gas buang kendaraan bermotor adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dari Dinas Perhubungan, dengan klasifikasi pangkat paling rendah pengatur muda tingkat I (golongan II/B) dan berpendidikan minimal sekolah tingkat lanjutan atas (SLTA), pernah ditugaskan di bidang teknis operasional, dan sudah pernah mengikuti pendidikan khusus di bidang penyidikan. Hal itu diatur dalam UU Kepolisian Negara Nomor 2 Tahun 2002.
Perbedaan kriteria itu harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta sebagai pihak yang memberikan mandat pengujian emisi gas buang kepada lebih kurang 80 bengkel di Jakarta.
Kendati demikian, dalam praktik di lapangan, polisi siap melakukan langkah-langkah konkret untuk menyelamatkan udara Jakarta, termasuk pemberian sanksi bagi kendaraan yang tidak lulus uji emisi gas buang. (Sadono Priyo)
-
Jumat, 14 November 2008
MASYARAKAT MASIH ENGGAN BERURUSAN DENGAN POLISI
| ||
AWAS, KEJAHATAN DI TAKSI INCAR KARYAWATI DAN IBU-IBU
Copy Right ©2000 Suara Karya Online Powered by Hanoman-i |
Rabu, 12 November 2008
IWAN BULE GANTIKAN CARLO TEWU
JAKARTA (Suara Karya): Sebanyak sebelas pejabat di lingkungan Polda Metro Jaya diserahterimakan di Mapolda, Senin (10/11). Beberapa di antaranya yakni Kombes Pol Mohammad Iriawan sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda menggantikan Kombes Pol Carlo Brix Tewu dan Kombes Pol Raja Erizman menjadi Direktur Reserse Kriminal Khusus menggantikan Kombes Pol Sigit Sudarmanto.
Senin, 10 November 2008
19 WNA DIRINGKUS, 3 DITEMBAK MATI
Direktur IV Narkoba dan Kejahatan Terorganisasi Bareskrim Polri Brigjen Pol Harry Montolalu menyebutkan, barang bukti yang disita yakni narkotika jenis heroin sebanyak 370,1 gram, hasis (minyak ganja) sebanyak 28,3 gram, dan ganja kering 13,7 gram.
Sedangkan untuk jenis psikotropika yang disita sebanyak 25.500 butir ekstasi dan 200,5 gram shabu. "Kebanyakan narkotika dan obat-obatan berbahaya itu dibawa oleh orang-orang West Afrika (Afrika bagian barat--Red)," kata Harry Montolalu kepada wartawan di kantornya, Jumat.
Ketiga warga Afrika barat yang ditembak yaitu Oliver, Steve alias Ricardo, dan Joseph Nsubuga. Sementara 16 WNA lainnya masih dalam proses penyelidikan. Ricardo atau Steve ditembak saat penggerebekan di tempat persembunyiannya di Puncak, Bogor, sedangkan Oliver ditembak di Perumahan Mutiara Gading, Bekasi.
Lebih lanjut Harry Montolalu mensinyalir, hotel-hotel di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, ditengarai menjadi salah satu basis utama para bandar heroin asal Benua Afrika bagian barat itu.
"Dari hotel-hotel yang bertebaran di Tanah Abang dan sekitarnya itulah mereka diduga mengendalikan bisnis heroin," kata Harry di Jakarta, Jumat.
Untuk menghilangkan jejaknya sebagai bandar heroin, mereka banyak yang berkedok bisnis jual beli produk garmen. "Lihat saja di kamar-kamar hotel di sana. Banyak kamar hotel dijadikan lokasi jual beli produk garmen. Kamar hotel kok banyak baju-baju yang bergelantungan," katanya.
Ia meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menertibkan hotel-hotel itu agar tidak menjadi sarang bandar heroin. "Kembalikan hotel sebagai tempat menginap dan bukan untuk bisnis. Kalau mau bisnis, ya di tempat yang semestinya," katanya.
Polda Metro Jaya, katanya, juga pernah menyurati Pemprov DKI Jakarta untuk penertiban hotel-hotel itu, namun hingga kini belum ada tindakan apa pun. Bahkan, Harry menduga, para bandar narkoba itu melakukan pencucian uang dengan melakukan jual beli produk garmen tersebut.
Dari 54 terpidana mati kasus narkoba saat ini, sebagian besar adalah WNA asal Afrika barat. Dari jumlah itu, 43 orang di antaranya berada di LP Nusakambangan, sedangkan sisanya tersebar di berbagai penjara di Indonesia.
Pada 26 Juni 2008, Kejaksaan Agung mengeksekusi dua terpidana mati kasus narkoba asal Nigeria, yakni Samuel Iwuchukwu Okoye dan Hansen Anthony Nwaolisa di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Pada bagian lain, Harry Montolalu mengatakan, sebanyak lima napi telah mengendalikan bisnis narkoba ilegal dari balik penjara dalam satu bulan terakhir. Dari kelima orang itu, tiga di antaranya berada di Lapas Cipinang, sedangkan dua lainnya di Rutan Salemba.
Para napi ini, kata Harry Montolalu, menggunakan telepon seluler (HP) untuk memesan narkoba maupun memerintahkan anak buahnya di luar penjara sebagai kurir. "Masa ada napi pakai HP. Dari mana dia dapat HP? Malahan dipakai untuk transaksi narkoba pula," katanya.
Bagi napi yang terlibat kasus narkoba, Polri tetap akan memproses secara hukum setelah dia selesai menjalankan hukuman yang sedang dia jalani. "Napi yang terlibat narkoba akan disidangkan lagi begitu masa hukumannya habis," katanya.
Selain lima napi itu ada juga beberapa napi yang terlibat kasus narkoba, antara lain Chris, warga negara Nigeria. Chris tidak sendirian. Polisi juga menangkap petugas Lapas Cipinang bernama Yusuf karena ikut menjadi anggota jaringan Chris. Lima anak buat Chris yang berada di luar penjara juga telah ditangkap.
Chris yang berada di dalam Lapas Cipinang menggunakan tiga nomor telepon seluler sekaligus untuk mengendalikan transaksi heroin kelompoknya. (Sadono)
Minggu, 09 November 2008
BELAJAR DARI KRISIS, INDONESIA BISA BANGKIT
JAKARTA (DONNEWS) - Indonesia diyakini bisa bangkit dari krisis. Buruknya situasi Amerika Serikat (AS) akan dihadapi bangsa ini dengan bekal pengalaman sama pada 1998.
Di tengah kelesuan dalam berbagai sektor dan sebelumnya pernah didera ancaman disintegrasi bangsa, negeri ini akan bergerak maju sebagaimana sejarah pernah mencatat, Nusantara pernah mengalami masa kejayaan di masa lampau.
"Bangkit dari krisis memang bukan suatu keniscayaan, namun dulu Indonesia pernah mengalami masa-masa kejayaan. Ini menjadi optimsme tersendiri," kata sejarawan Dr Asvi Warman Adam dalam diskusi dan bedah buku berjudul "Jala Sutra Menuju Indonesia Raya", di Ancol, Jakarta, Sabtu (8/11).
Ikut membedah buku yang ditulis Hans Satyabudi tersebut di antaranya pengamat telematika Roy Suryo.
Asvi Warman menyebutkan, buku setebal 274 halaman dengan pendekatan sejarah dan penuh perumpamaan itu sebetulnya bertolak dari tujuan ideal yang ingin dicapai Indonesia.
Menurut dia, uraiannya menggunakan angka-angka yang sebetulnya juga tidak asing dalam pemikiran Jawa. Angka bisa dikaitkan dengan konsep bahkan tanggal sejarah.
"Dalam buku Jala Sutra disebutkan tahun 2008, 2017 dan 2045. Tahun 2008 wacana ini dicanangkan, 2017 tahun pencapaian desa yang lestari, pantai yang permai dan Indonesia makmur. Lalu 2045 Indonesia Raya, Nusantara, posisi kita pada tatanan dunia baru, globalisasi, duniabaru yang damai," kata staf pengajar Universitas Indonesia itu.
Ia menyebutkan, pemilihan angka tahun itu berdasarkan tahun kemerdekaan 8, 17 dan 45 yang ditambah dengan angka 2000.Lebih lanjut dalam buku ini penulis mencoba menghubungkan dengan legenda seorang raja yang bertapa di hutan.
Sang permasisuri dengan setia menanti sambil merajut benang sutra menjadi jala. Dalam tapanya raja itu harus pergi melanglang buana. Setelah kembali ke kerajaannya ia tidak pergi ke istana namun memilih tinggal di pinggir laut dan menjadi nelayan dengan menggunakan jala sutra yang dibuat isterinya.
Sang raja meninggalkan kemewahan, pergi berkelana mencari ilmu dan segala sesuatu yang baik bagi negeri dan bangsanya. Raja menemukan intisari kehidupan bahwa tugas utamanya adalah memanfaatkan lautan sebagai potensi alam yang besar untuk menyejahterakan rakyat.
Sang raja turun ke laut memberi contoh kepada rakyatnya untuk menangkap ikan dan jala. Yang perlu diteladani dari sang permaisuri adalah keteladannanya menggunakan apa yang di sekitarnya.
Ia menjalin benang sutra menjadi jala yang dapat dimanfaatkan menangguk apa yang di lautan. Segenap komponen keluarga, masyarakat dan bangsa berperan dalam menciptakan sinergi memajukan bangsa. (Sadono)
Kamis, 06 November 2008
PRIORITASKAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN DI JALAN RAYA
Pada 2007 (dan tahun-tahun mendatang), tantangan yang dihadapi kotametropolitan masih berkutat pada masalah-masalah klasik seperti itu.Berbagai infrastruktur yang dibangun, seperti pembangunan koridor busway IV-VII dan underpass maupun fly over, serta penyediaan berbagai fasilitas oleh Pemprov DKI Jakarta, dinilai malah menambah persoalan lalin yang makin menumpuk.
Kendati pemerintah yakin proyek-proyek itu mampu mengatasi kemacetan lalin, masih banyak pihak yang menyangsikannya. Ini mengingat kebijakan tersebut tidak menyelesaikan persoalan mendasar. Sebagian kalangan malah berpendapat bahwa proyek-proyek yang menelan dana miliaran rupiah itu harus dihentikan.
"Kalau mau mengatasi kemacetan, hentikan pembangunan infrastruktur danbatasi jumlah kendaraan," kata pengamat transpotasi Darmaningtyas kepada Suara Karya baru-baru ini. Pernyataan yang terkesan ekstrim itu mengandung pesan bahwa pembangunan infrastruktur tidak menyelesaikan masalah.
"Bukankah kondisi seperti ini membuat masyarakat makin berlomba-lombamemiliki mobil pribadi? Penyediaan underpass dan fly over sama saja dengan memanjakan pemilik mobil," katanya menambahkan.
Seharusnya, kata Darmaningtyas, pemerintah lebih menitikberatkan padapenyediaan transpotasi massal dan regulasi kepemilikan kendaraan pribadi dalam rangka pembatasan jumlah kendaraan di jalan raya. Ini mengingat perbandingan jumlah kendaraan pribadi dan angkutan umum masih timpang.
Pemerintah juga harus bisa mengurangi izin bagi swasta yang hendak membangun fasilitas pembelanjaan, apartemen, atau tempat hiburan di tengah kota. Belajar dari pengalaman, penyediaan fasilitas umum seperti itu makin menambah kesemrawutan kota.
Keselamatan
Tak kalah penting dalam menyelesaikan persoalan lalin di Jakarta adalahperhatian pemerintah terhadap masalah keselamatan dan keamanan penumpang, termasuk masyarakat pengguna jalan. Dua aspek itu harus menjadi roh dalam setiap penyelenggaran dan pengaturan masalah transportasi.
Ini mengingat Jakarta-- yang tengah memproyeksikan menjadi kota megapolitan -- punya mobilitas masyarakat yang sangat tinggi. Kondisi masyarakat yang heterogen membuat model transpor apa saja ada di kota ini. Mulai dari sepeda, ojek, bajaj, angkot, bus umum, mobil pribadi, sampai kereta api. Akibatnya, banyak keluhan muncul yang kesemuanya berdampak pada faktor keamanan dan keselamatan masyarakat.
Menurut data di Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, selama tahun 2004 terjadi 4.544 kasus kecelakaan. Jumlah itu relatif tetap pada 2005, yakni 4.156 kasus. Pada tahun 2006 sebanyak 4.407 kasus atau naik 6,03 persen.
Kebanyakan kecelakaan didominasi oleh sepeda motor, yaitu sebanyak 2.078 kasus (2006). Bandingkan dengan minibus yang 944 kasus, truk 519, sedan 467 kasus, dan bus 192 kasus. Dari data ini bisa dilihat tingkat risiko tinggi pada pengguna sepeda motor.
Angka-angka di atas semakin memprihatinkan jika dilihat jumlah korbankecelakaan meninggal dunia. Pada 2004 tercatat korban tewas sebanyak 1.146 jiwa. Kemudian pada 2005 sebanyak 1.118 orang, dan tahun 2006 sebanyak 1.128 korban meninggal dalam kecelakaan. Jika diambil angka rata-rata, maka setiap bulan sedikitnya terdapat 99 nyawa melayang di jalan raya.
Data-data ini menunjukkan tingginya kasus kecelakaan di Jakarta. Tingkat risiko keselamatan yang tinggi harus cepat diantisipasi pemerintah maupun Polantas sebagai penegak hukum di jalan raya.
Risiko kecelakaan ternyata berimbas pada kehilangan nyawa. Artinya, tingkat fatalitas ini harus menjadi perhatian tersendiri. Bagi pengguna jalan, tingkat keamanan di jalan tersebut bukan hanya pada penggunaan jalan raya, tetapi juga risiko kriminalitas di jalan.
Berbagai kasus kejahatan di jalan menunjukkan bahwa ada risiko tinggi bagi para pengguna jalan raya di Jakarta karena kriminalitas di jalan raya bisa saja terjadi sewaktu-waktu.
Penegak Hukum
Di sini peran penegak hukum, yaitu Polantas dan Dinas Perhubungan,diperlukan dalam menindak operator transportasi ataupun pengendara/pengemudi kendaraan yang mengabaikan faktor keamanan dan keselamatan.
Sebuah survei menyebutkan, kecenderungan masyarakat melanggar lalindisebabkan ketidaktegasan petugas, kesadaran pengguna jalan masih rendah, kualitas jalan dan infrastruktur yang kurang memadai.
Selain itu juga penegakan hukum yang tidak konsisten, sanksi hukum yangringan, situasi psikologis, serta jumlah kendaraan yang terus berkembang yang tidak diimbangi dengan kualitas jalan.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Joko Susilo mengatakan, pihaknya sangat memperhatikan masalah kesalamatan dan keamanan di jalan raya. Itulah kenapa pihaknya berupaya menciptakan disiplin lalu lintas masyarakat melalui berbagai kegiatan persuasif dan represif.
Ketentuan menggunakan lajur kiri dan menyalakan lampu pada siang hari, yang dikenakan untuk pengendara sepeda motor baru-baru ini, merupakan langkah antisipatif dalam menekan angka kecelakaan dan menciptakan disiplin berlalu lintas.
Gelar operasi lalin seperti Operasi Simpatik, Operasi Patuh, OperasiKetupat, Operasi Lilin, dan Operasi Zebra dimaksudkan untuk mendukungprogram tersebut. Pada 2007 dan tahun-tahun mendatang, kegiatan-kegiatan seperti itu akan semakin diintensifkan.
Selain tindakan represif, polisi juga berperan dalam mendesain masyarakat agar punya kesadaran bahwa keamanan dan keselamatan di jalan merupakan sebuah kebutuhan. Program-program seperti Patroli Keamanan Sekolah, Traffic Police Goes to School, Pramuka Saka Bhayangkara, Penerangan Keliling, Sekolah Mengemudi, Polisi Sahabat Anak, dan lain-lain, merupakan terobosan positif dalam rangka mewujudkan polisi masyarakat (polmas).
"Polmas merupakan program kita untuk mengajak masyarakat lebih berperanaktif dalam mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas. Itu karenanya akan digiatkan terus-menerus," kata Joko. (Sadono Priyo)
HARYONO: GERAKAN BANTUL BANGKIT PERLU DITIIRU
BANTUL-DONNEWS: Gerakan Bantul Bangkit hendaknya bisa ditiru masyarakat korban bencana alam lainnya di Indonesia. Gerakan ini menunjukkan adanya semangat untuk bangkit dan maju meskipun telah dilanda bencana alam gempa bumi yang sangat besar.
"Masyarakat Bantul begitu gigih untuk bangkit dan maju. Mereka tidak mau tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut. Semangat ini sangat membanggakan kita semua," kata Ketua Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri), Haryono Suyono, saat menyerahkan bantuan kepada dua kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluar-ga Sejahtera (UPPKS) di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (15/11).
UPPKS yang menerima bantuan adalah UPPKS Aster dan UPPKS Duku, masing-masing mendapatkan bantuan uang sebesar Rp 20 juta, sebuah hand tracktor dan oven untuk membuat roti. Penyerahan bantuan dilakukan di Dukuh Derman Gersik RT 06, Kelurahan Sumber Mulyo, Kecamatan Bambang Lipuro, Bantul.
Penyerahan bantuan disaksikan langsung Kepala BKKBN Pusat Sugiri, Dirut Bank Pembangunan Daerah DI Yogyakarta Suharsoyo, Wakil Bupati Bantul H Suwarno, dan ibu-ibu anggota UPPKS.
Haryono Suyono menambahkan, semangat untuk bangkit yang dimiliki masyarakat inilah yang membuat Yayasan Damandiri tergerak untuk memberikan bantuan. Selain itu, masyarakat juga menyambut baik bantuan yang telah diberikan Da-mandiri, ini terbukti de-ngan banyaknya permintaan dari masyarakat.
Karena tingginya permintaan itu, lanjut Haryono Suyono, sejak tahun 2002 hingga saat ini Damandiri telah menyalurkan bantuan pinjaman lunak kepada masyarakat DI Yogyakarta sebanyak Rp 172 miliar dengan total masyarakat penerima bantuan sebanyak 11.500 orang.
"Bantuan selama ini kami titipkan melalui BPD DI Yogyakarta. Awalnya Rp 60 miliar, kemudian menjadi Rp 100 miliar, dan saat ini telah mencapai Rp 172 miliar," katanya.
Damandiri, lanjutnya, saat ini tengah merencanakan pemberian bantuan anak asuh bagi biaya pendidikan anak-anak berprestasi dari keluarga tidak mampu korban bencana gempa bumi di Bantul. Anak-anak berprestasi itu akan disekolahkan ke sekolah unggulan dengan biaya dari Damandiri.
Wakil Bupati Bantul, Suwarno, menambahkan, sejak terjadinya gempa bumi pada 26 Mei 2006 lalu itu, semangat masyarakat sempat turun drastis. Apalagi di Dukuh Derman Gersik ini korban meninggal mencapai 18 orang dan korban meninggal di Kecamatan Bambang Lipuro tercatat 80 orang dan puluhan rumah warga hancur. "Kerugian akibat gempa bumi yang dirasakan kecamatan ini termasuk paling parah. Kondisi ini sempat membuat masyarakat drop," katanya.
Yayasan Damandiri, menurutnya, memiliki program untuk menggerakkan dan mendorong keluarga korban gempa agar bisa kembali bangkit. Bahkan saat ini telah selesai dibangun 20 unit bantuan rumah dari 90 unit bangunan rumah layak huni yang tersebar di Bantul.
Ketua UPPKS Aster, Ny Susilah, mengungkapkan, bantuan ini sangat membantu perekonomian mereka. Karena ibu-ibu tidak terlalu menggantungkan dari penghasilan suami, namun mereka telah bisa mendapatkan hasil dari menyewakan hand tracktor dan pembuatan roti yang dikelola UPPKS. (Sadono Priyo)
RASA AMAN MASIH "BARANG MAHAL" BAGI WARGA DKI
Kita bisa membayangkan betapa tidak amannya Ibu Kota ini. Lihat saja, dalam tempo 8 menit 6 detik di Jakarta selalu terjadi satu tindak kriminalitas.
Ungkapan ini mungkin bisa menjadi lain kalau yang mengungkapkan hanya seorang tukang bajaj atau sopir bus kota. Namun ini yang mengatakannya adalah orang pertama di Polda Metro Jaya, Irjen Pol Adang Firman. "Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2005 yang hanya mencapai 58.027 kejadian. Peningkatannya 5,3 persen," katanya.
Yang lebih mencengangkan, Kapolda Metro mengatakan bahwa kenaikan angka kejahatan itu dinilai masih dalam batas toleransi, karena berada di bawah angka 11 persen. Namun, yang dibutuhkan masyarakat sebenarnya bukan jumlah kenaikan angka kejahatan yang masih di bawah 11 persen, tetapi bagaimana warga Jakarta bisa menjalankan aktivitas di Ibu Kota dengan tenang.
Apalagi bagi warga kota yang setiap aktivitas kesehariannya harus menggunakan kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun mobil. Karena, ternyata kejahatan yang paling tinggi terjadi pada pencurian kendaraan bermotor (curanmor) 11.257 kasus.
Sepintar apapun masyarakat melengkapi kendaraan mereka dengan kunci ganda atau alarm, ternyata tetap saja bisa menjadi santapan empuk para "pemetik" kendaraan bermotor. Para pencoleng ini dengan entengnya mampu mengakali semuanya dan dalam tempo kurang dari lima menit pemilik kendaraan yang sedang naas akan kehilangan kendaraannya.
Peringkat kedua tindak kejahatan di Jakarta, diakui Kapolda, diduduki pencurian dengan pemberatan (curat), mencapai 8.100 kasus. Kasus ini memang agak susah-susah gampang dalam penanganannya, karena selalu saja polisi kalah cepat dibanding pelaku. Polisi hanya tinggal olah tempat kejadian perkara (TKP) setelah menerima laporan.
Sedangkan posisi ketiga direbut kejahatan narkoba yang mencapai 6.613 kasus "Untuk kejahatan narkoba, peningkatannya sangat tinggi dibandingkan dengan tahun 2005. Di tahun 2005 hanya terjadi 4.394 kasus. Ini berarti terjadi peningkatan sekitar 50,5 persen," kata Adang.
Kasus narkoba yang paling menyita perhatian publik adalah tewasnya penyanyi Alda Risma di kamar 432 Hotel Grand Menteng, Jakarta Timur, belum lama ini. Yang lebih menghebohkan, kasus ini bukan hanya ditangani polres, namun melibatkan hampir semua pihak. Mulai dari polsek hingga Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Mabes Polri, ikut disibukkan dengan tewasnya pelantun lagu "Aku Tak Biasa" itu.
Bukan cuma itu, untuk mengungkap siapa di balik aksi ini, FBI (Biro Investigasi Federal) dan badan narkotika negara tetangga ikut menelitinya. Keterlibatan FBI, diakui oleh Kepala Satuan Tugas BNN Brigjen Pol Hendardi Tanos, khusus untuk meneliti hasil rekaman CCTV hotel yang tidak terlalu jelas.
Ada catatan kasus menonjol pada tahun 2006 ini, di antaranya peledakan Restoran A&W di Kramat Jati Indah Plaza, Jaktim, pada 11 November lalu. Juga pembunuhan dengan mutilasi atas korban Sumini, yang terjadi pada 10 Agustus lalu di Jalan Perjuangan, Bekasi Utara.
Kasus perampokan terhadap mobil PT Trans Nasional di Taman Simanjuntak, Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jaktim, pada 18 Januari. Juga pencurian dengan kekerasan terhadap uang ATM BCA sebesar Rp 2,9 miliar pada 9 Oktober.
"Kami juga mencatat adanya 24 kasus unjuk rasa anarkis dari 812 unjuk rasa. Yang paling menonjol adalah unjuk rasa di depan gedung DPR pada 3 Mei 2006 lalu.
Soal kasus Alda, memang semuanya masih dalam taraf penyidikan dan penyelidikan aparat kepolisian. Tetapi, setidaknya kasus ini adalah kasus yang benar-benar tidak biasa, meskipun Alda terkenal oleh lagunya yang berjudul "Aku Tak Biasa".
Tingginya angka kriminalitas di Jakarta, menurut Adang Firman, sedikit banyak ada kecenderungan naiknya partisipasi masyarakat. Warga Jakarta makin peduli terhadap keamanan. Karena itu, tak salah kalau orang nomor satu di jajaran Polda Metro Jaya ini menyampaikan penghargaan tertinggi kepada masyarakat.
Lebih lanjut Adang menambahkan, pihaknya terus bekerja sama dengan masyarakat untuk memberantas peredaran narkoba. "Sudah dibentuk pos-pos di wilayah yang rawan kejahatan narkoba agar masyarakat dapat melaporkan jika ada peredaran narkoba di daerah tersebut," katanya.
Selain itu, tingginya tingkat kejahatan di Jakarta tidak bisa selamanya dipersalahkan kepada Polda Metro Jaya. Banyak juga program kerja korp berbaju cokelat muda ini mampu membuat masyarakat tersenyum.
Sebagai contoh, sikap tegas aparat kepolisian dalam menangani lalu lintas. Meski jumlah kecelakaan lalu lintas mengalami peningkatan, pada tahun 2005 terjadi sebanyak 4.156 kasus, tapi pada tahun 2006 naik menjadi 4.407 kasus atau mengalami peningkatan 6,03 persen, toh jumlah korban tewas turun 0,89 persen dan jumlah korban luka berat turun 1,24 persen.
Kebijakan Kepala Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Djoko Susilo, yang mulai menerapkan lajur kiri khusus untuk pengendara sepeda motor, diharapkan juga bisa mengurangi angka kecelakaan lalu lintas, terutama korban kecelakaan sepeda motor. Karena, dari 4.407 kasus kecelakaan lalu lintas, 3.000 di antaranya dialami sepeda motor.
Sikap tegas yang ditunjukkan Kapolda Metro Jaya dalam hal lalu lintas ini, diakui atau tidak, bisa mengurangi sepeda motor sebagai algojo yang menjadi pembunuh warga kota nomor pertama.
Ini mungkin bisa menggiring nama besar Polda Metro Jaya menjadi tidak populer di mata masyarakat. Apalagi keputusan ini berlawanan dengan keseharian yang selama ini dilakukan warga kota.
Warga kota selama ini dininabobokkan dengan enaknya mengendarai sepeda motor di jalur kanan. Padahal, apa yang dilakukan jelas sangat berisiko terhadap keselamatan jiwa mereka sendiri. (Sadono Priyo)
IBU NEGARA INGINKAN PENDIDIKAN LALULINTAS MASUK KURIKULUM
JAKARTA-DONNEWS: Banyaknya korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas merupakan cermin rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan disiplin berlalu-lintas. Karena itu perlu sejak dini ditanamkan disiplin lalu lintas kepada anak-anak.
"Saya mengharapkan pendidikan lalu lintas bisa masuk dalam kurikulum pendidikan kita, agar anak-anak bisa belajar pentingnya pengetahuan dan disiplin lalu lintas," kata Ibu Negara Ani Yudhoyono pada peresmian Taman Lalu Lintas "Saka Bhayangkara" di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (24/4).
Hadir dalam acara tersebut Ny Mufidah Jusuf Kalla, para istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Kapolri Jenderal Sutanto, Ketua Umum Bhayangkari Henny Sutanto, Kapolda Metro Jaya Irjen Adang Firman, dan sejumlah petinggi Polri.
Lebih lanjut Bu Ani (sapaan akrab Ibu Christiani Yudhoyono-Red) mengatakan, disiplin dan tertib lalu lintas merupakan cermin peradaban dalam upaya mencapai kemajuan. "Dengan menanamkan disiplin sejak dini, diharapkan anak-anak dapat memahami peraturan, bukan sekadar takut terhadap sanksi," katanya.
Disiplin, lanjut Ibu Negara, bukan hanya milik pihak militer karena disiplin adalah suatu sikap untuk taat pada peraturan yang telah disepakati bersama. Taman lalu lintas dinilai merupakan sarana yang efektif untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan peratutan berlalu-lintas, sekaligus sarana bermain bagi anak-anak.
Pada kesempatan itu Ibu Negara menekankan bahwa keselamatan berlalu-lintas merupakan tanggung jawab bersama.
Ketua Panitia Irjen Pol Fx Soenarno mengatakan, peresmian Taman Lalu Lintas "Saka Bhayangkara" merupakan investasi bagi masa depan, untuk menciptakan generasi mendatang yang lebih memahami disiplin dan tertib lalu lintas.
"Membangun disiplin perlu proses panjang sehingga sudah selayaknya dibangun sejak masa kanak-kanak," katanya. Dia menambahkan, tingginya tingkat pelanggaran lalu lintas, salah satunya diakibatkan oleh kurangnya pemahaman warga akan peraturan lalu lintas.
Miniatur
Taman seluas 5 hektare ini memiliki 21 jalan dengan memakai nama-nama pahlawan, seperti Jalan Kartini, Dewi Sartika, dan Soekarno-Hatta. Ada juga miniatur Monas, Gedung DPR, Istana Negara, dan rumah-rumah ibadah. Untuk pembelajaran tata tertib dan disiplin berlalu-lintas, anak-anak akan diajak mengenal rambu-rambu lalu lintas di seluruh lokasi taman lalu lintas dengan mengendarai mobil mini yang dikemudikan petugas. (Sadono Priyo)
MEMBANGUN KOMUNITAS UNTUK MEMERANGI MASALAH SAMPAH
"Kalau diibaratkan penyakit kanker, masalah sampah di negeri kita sudah mencapai stadium lima. Sangat kronis! Sulit disembuhkan kalau tidak ada kesadaran masyarakat dan political will pemerinah," kata Ir Sri Bebassari MSi dari Pusat Pengembangan Riset Sampah Indonesia di sela-sela Workshop tentang Sampah yang diadakan Sameko di Sheraton Media, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Minimnya kesadaran masyarakat dan pemerintah karena belum ditinggalkannya paradigma lama, yaitu lebih suka membuang dan mengangkut sampah ke TPA. Meski cara open dumping ini tak lagi dibenarkan, faktanya kebanyakan masyarakat masih menyukainya. Atau, dengan kata lain, baik pemerintah maupun masyarakat, terkesan tidak mau repot.
Sejak UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah diundangkan, paradigma seperti itu harus dihilangkan. Sampah tidak lagi dibuang, tapi harus dikelola.
"Pemerintah wajib memfasilitasi masyarakat untuk mengelola sampah di wilayahnya masing-masing," kata Tri Bangun Laksana, Asisten Deputi pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang juga salah seorang penggagas UU No 18 Tahun 2008.
Konsekuensi terbitnya undang-undang ini adalah warga masyarakat wajib mengubah cara pandang mereka dari membuang sampah menjadi mengolah sampah. Pendekatan yang digunakan pun diubah, yaitu mengurangi sampah, menggunakan kembali, dan mendaur ulang atau dikenal dengan pola pendekatan 3R (reduce, reuse, dan recycle). Nama TPA sendiri masih dipakai, hanya saja kepanjangannya diubah menjadi "tempat pemrosesan akhir".
Meski demikian, konsep 3R sebenarnya sudah dikembangkan sejak lama, jauh sebelum UU itu lahir. Dua komunitas masyarakat ini-yaitu Rumah Perubahan dan Kembang Mawar-mungkin bisa dijadikan contoh bagaimana masyarakat setempat bisa mengelola sampah yang tidak hanya menghasilkan keuntungan, tapi juga bisa membuat daerah sampah menjadi daya tarik untuk dikunjungi.
Barang Berguna
Rumah Perubahan yang berlokasi di Jati Murni, Pondok Gede, Bekasi, merupakan komunitas yang diprakarsai Rhenald Kasali dan Hidayat. Kedua tokoh ini berjuang keras menyosialisasikan pengolahan sampah sehingga masyarakat di setempat sadar untuk memanfaatkan sampah menjadi barang berguna.
Rhenald yang juga pakar pemasaran dari Universitas Indonesia itu membangun komunitas dengan pendekatan menghidupkan ekonomi rakyat. Pakar marketing yang pernah menimba ilmu di negeri Paman Sam itu melihat masalah sampah di Jati Murni bisa membahayakan. Padahal, di negara maju sampah bisa menghasilkan uang. Itulah yang ingin ditiru.
Rhenald dan Hidayat pun sejak dua tahun lalu melakukan pendekatan kepada masyarakat. Awalnya ajakan keduanya dicurigai oleh masyarakat. Tapi berkat kerja keras, masyarakat percaya dengan iktikad baiknya. Istri Rhenald yang ketua posyandu makin mempercepat pengembangan Rumah Perubahan itu.
Masyarakat Jati Murni diajak untuk bersih lingkungan dengan menyediakan tong-tong sampah. Tujuannya hanya satu, sampah itu bisa dikumpulkan dengan mudah.
"Pengalaman memang tidak pernah ada di bangku sekolah. Kalau sampah diambil dari bak sampah yang terbuat dari semen, kita membutuhkan waktu enam menit per bak sampah. Di sinilah pengalaman membuktikan, kita hanya butuh lima menit untuk mengangkut sampah dari 10 tong sampah dari 10 rumah warga," kata Rhenald.
Dari sampah itulah pemilahan dilakukan dengan teknologi sederhana. Sebagian sampah organik dijadikan pupuk kompos, sebagian lagi dipadatkan dalam bentuk batangan kecil menjadi briket, mirip briket batu bara. Keuntungan pun bisa diraih warga karena briket ini lebih murah dibandingkan dengan minyak tanah. Ke depan, briket bisa dijual seharga Rp 5.000 per bungkus (isi 5 kilogram).
Sementara itu, sampah non-organik dikeringkan. Kemudian dipadatkan dalam ukuran tertentu untuk dijadikan biomassa. Lumayan juga, biomassa ini sudah memiliki pasar tersendiri, yaitu pabrik semen untuk bahan bakar. Permintaannya sudah mencapai 300 ton per bulan.
Tentu tidak semua orang mau memakai pupuk kompos. Karena itulah, pupuk kompos digunakan untuk menyuburkan tanaman hias dan sayur-mayur. Konsep pemasaran menjadi kebutuhan sehingga kelak perkampungan di Rumah Perubahan akan dilengkapi menjadi pasar hasil pertanian (farmer's market).
Kini konsep menghidupkan ekonomi rakyat Rhenald diperluas dengan menciptakan kawasan wisata alam. Di dekat tempat pemasaran sayur-mayur, lahan yang semula semak belukar disulap menjadi lahan wisata alam. Tren wisata alam terbuka berbentuk outbound menjadi salah satu yang dibidik kaum muda. Tempat di situ juga dilengkapi sarana olahraga untuk menguji adrenalin flying fox.
"Impian saya memang menjadikan tempat ini dimanfaatkan untuk wisata, seperti lintas alam, memancing, menanam padi, menangkap ikan," kata Rhenald, yang mengaku banyak anggota karang taruna membantu kegiatannya.
Ini tak berbeda jauh dengan komunitas Kembang Mawar atau Kebersamaan Membangun Masyarakat Warakas. Komunitas peduli lingkungan di Kelurahan Warakas itu bisa menyulap Warakas yang gersang menjadi ijo royo-royo. Kelurahan ini pun sering menyandang juara dan berulang kali memperoleh penghargaan.
Tak ada yang mengira Warakas yang dulu kumuh dan penduduknya padat itu kini menjadi daerah tujuan orang untuk belajar soal mengelola sampah. Penduduk yang padat menghasilkan sampah yang banyak pula. Itulah karenanya Kembang Mawar melatih warganya untuk memilah-milah sampah (organik, non-organik, dan limbah) dan menjadikannya barang berguna.
"Kepadatan penduduk bukan dijadikan alasan untuk sulit mengatur warga," kata Eko Suratmo (60), Ketua RW 11, penuh optimistis. Berkat tangan dinginnya, masing-masing RW di Warakas punya lokasi pengelolaan sampah lengkap dengan mesin pengelolaannya. Eko Suratmo pun dijuluki sebagai Bapak Sampah karena kepeduliannya terhadap masalah sampah. (Sadono Priyo)
Rabu, 05 November 2008
HATI-HATI, AKSI PEMBIUSAN KEMBALI MARAK
JAKARTA-DONNEWS: Modus kejahatan dengan menggunakan obat bius selalu mengancam pemudik. Pelaku kejahatan, baik perorangan maupun kelompok, mengincar pemudik dengan berupura-pura menawarkan minuman atau makanan.
Kalau tidak hati-hati, harta benda korban bisa raib. Bahkan tak jarang nyawa korban melayang karena begitu kerasnya dosis obat bius yang digunakan.
Sabtu pekan lalu, korban pembiusan menimpa Sugiharto. Pemudik yang menggunakan KA Kertajaya itu ditemukan dalam kondisi terhuyung-huyung di Stasiun Tawang, Semarang. Dia seperti orang linglung karena tidak dapat mengingat apa yang baru dialaminya.
Dalam pengaduan di Posko Mudik Stasiun Tawang, Sugiharto menceritakan awalnya ia hendak pulang mudik dari Jakarta tujuan Surabaya. Ia ditawari makanan oleh orang yang baru dikenalnya di atas kereta. Setelah itu ia tak ingat lagi yang dia alami. Tahu-tahu ia diturunkan di Semarang, dengan seluruh uang dan oleh-oleh mudik raib dibawa kabur pelaku.
Nasib serupa dialami Dedi (25). Warga Bekasi, Jawa Barat, itu ditemukan pingsan di sebuah bus di Terminal Merak, Cilegon, Banten. Saat itu Dedi hendak mudik ke Palembang, Sumatera Selatan. Diduga pemuda berusia 25 tahun itu juga menjadi korban pembiusan.
Dedi akhirnya dibawa ke sebuah klinik tak jauh dari terminal. Hampir empat jam ia tidak juga sadarkan diri. Menurut Hasan Basri, kondektur bus yang menemukan korban, tas dan barang bawaan Dedi masih utuh. Namun, tak sepeser pun uang tersisa di dompet dan saku celananya.
Kasus serupa juga menimpa Hasanudin. Sopir kendaraan sewaan itu awalnya hendak mengantarkan dua pria yang menyewa kendaraannya untuk mudik ke Serang, Banten. Dalam perjalanan dia dibius dan baru sadarkan diri setelah ditemukan di emperan toko dengan hanya mengenakan celana dalam. Ternyata, dua penumpang gadungan itu melucuti seluruh barang bawaan Hasanudin dan membawa kabur mobilnya. Kasusnya kini ditangani Polsek Bekasi Timur.
Korban Tewas
Kasus pembiusan bahkan pernah merenggut korban jiwa. Korbannya seorang lelaki tanpa identitas berusia sekitar 50 tahun. Korban akhirnya meninggal dunia beberapa saat setelah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bekasi.
Petugas RSUD Bekasi, Abdul Rohim, di Bekasi, Selasa, mengatakan, menurut petugas medis rumah sakit tersebut, korban diduga dibius dalam angkutan umum. Setelah tak sadarkan diri, laki-laki itu dilempar ke tanah kosong di Jalan A Yani tak jauh dari SPBU.
Korban ditemukan oleh tukang ojek yang tidak mau disebutkan namanya sekitar pukul 02.30 WIB, kemudian melapor ke Bripka Agus dari Polsek Bekasi Barat dan selanjutnya dibawa ke RSUD Bekasi.
Setibanya di rumah sakit tersebut, korban pembiusan sempat dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD), tetapi akhirnya mengembuskan napas terakhir.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Zulkarnaen mengatakan, polisi sering menangani kasus pembiusan dan sudah banyak yang ditangkap. Pelaku biasanya mengincar penumpang angkutan umum yang sendirian. "Modusnya, calon korban diajak mengobrol. Bahkan tak jarang pelaku membantu menaikkan barang penumpang ke mobil atau menolong yang lain," katanya.
Ia mengingatkan, agar tidak menjadi korban pembiusan, penumpang angkutan umum diminta untuk tidak lengah. Penumpang juga agar tidak membawa barang berharga secara berlebihan. "Kalau ada yang menawarkan makanan atau mimuman, sebaiknya ditolak," kata Zulkarnaen.
Ia menegaskan polisi akan memburu pelaku pembiusan dan menindak sesuai dengan ketentuan hukum. (don)
CALEG HARUS WASPADAI AKSI KRIMINAL
Lokasi pencurian di halaman rumah Eko Kunthadi sendiri. Saat itu ia bermaksud mengambil barang yang tertinggal di rumah. Kasusnya kini ditangani Polsek Tebet.
PURA-PURA KIRIM PARCEL, GASAK RP 5 MILIAR
Pengusaha yang menjadi korban perampokan itu, Hari Pratikno, kepada polisi mengaku menderita kerugian sekitar Rp 5 miliar, berupa perhiasan permata dan uang dolar AS.
Menurut Hari, kawanan perampok berjumlah empat orang. Aksi mereka diawali dengan sikap berpura-pura sebagai pengantar bingkisan (parsel) dari teman korban.
Menurut laporan Antara, setelah diterima pemilik rumah dan dipersilakan masuk ke dalam rumah, kawanan perampok tiba-tiba menyekap para penghuni yang tak berdaya karena tidak menyangka akan menghadapi peristiwa itu.
JANDA DITIPU PARANORMAL
JAKARTA-DONNEWS: Praktik penipuan berkedok paranormal menimpa Eka Setyowati. Korban yang sehari-hari sebagai pengusaha bengkel mobil ini terpaksa merelakan uangnya sebesar Rp 21 miliar ditilap pelaku. Kasusnya kini ditangani Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
KORBAN MUTILASI SERING MENGANIAYA PELAKU
Hal itu diungkapkan pengacara Yati, Hoposan Hutagalung, di Mapolda Metro Jaya, saat mendampingi kliennya menjalani tes kejiwaan di Mapolda, Rabu (29/10). "Situasi kejiwaan klien saya sangat tertekan. Sebelum melakukan aksinya itu Yati mendapatkan perlakuan kekerasan dari korban secara beruntun," kata Hoposan.
Korban pernah menyulutkan rokok di paha dan dada, memukul pipi, bahkan hendak membakar korban dengan menyiramkan minyak tanah. Hendra merantau ke Jakarta sebagai sopir angkot jurusan Kalideres-Kota Bumi, Tangerang.
Sriyati merupakan istri keempat yang dinikahi Hendra. Sebelumnya, laki-laki asal Pekanbaru, Riau, itu pernah menikahi Silvina, Mega, dan Dewi. Namun Silvina dan Mega sudah diceraikan. Sedangkan Dewi tinggal di Lampung bersama bayi laki-laki buah pernikahan dengan Hendra. Dewi yang membawa bayinya sempat mendatangi rumah Hendra dan Yati di Tangerang, ketika polisi melakukan olah tempat kejadian.
Sehari-hari Yati dan Hendra tinggal di rumah petak di Kampung Teriti RT 04 RW04 Desa Karet, Kecamatan Sepatan, Tangerang. Rumah itu mereka tempati sejak 2007 dengan membayar Rp 175 ribu per bulan. Untuk mencukupi kebutuhan, Yati bekerja serabutan, seperti menjadi buruh cuci dari rumah ke rumah.
Hoposan mengatakan, selama penyidikan kliennya mendapatkan perlakuan baik, bahkan tak ada pemaksaan atau pun upaya memengaruhi oleh penyidik.
Meski Hoposan mengatakan Yati saat ini tertekan, psikiater Polri, Untung Laksono, mengatakan kondisi kesehatan Yati sehat-sehat saja. Tersangka mampu berbicara dengan kesadaran penuh selama menjalani tes kejiwaan, termasuk dalam memberikan penjelasan.
"Data-data yang telah kita dapatkan akan dipelajari dan dalam waktu lima hari hasilnya akan kami sampaikan ke penyidik," kata Untung usai memeriksa tersangka.
Sementara itu, Kepala Satuan Kejahatan dengan Kekerasan Polda Metro Jaya AKBP M Fadhil Imran mengatakan, penyidik akan menunggu hasil tes kejiwaan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan jiwa pada diri tersangka.
Terkait dengan potongan tubuh yang belum ditemukan, Fadhil meminta masyarakat untuk menginformasikan kepada polisi jika menemukannya. Potongan kepala dan dada korban hingga kini belum ditemukan.
Sedangkan mengenai tes DNA, masih harus menunggu pemeriksaan dari Mabes Polri. "Hasil tes DNA belum ada, polisi belum bisa menyimpulkan Mr X ini siapa. Kita akan buktikan hasil DNA-nya beberapa hari lagi," kata Fadil yang sebentar lagi dipromosikan menjadi Kapolres KP3 Tanjung Priok ini. (don)
PELAYANAN SAMSAT DAN SATPAS MAKIN PRIMA
"Semua bentuk percaloan kita tindak tegas, tidak peduli siapa mereka, apakah oknum petugas, oknum wartawan, maupun orang yang mengaku-ngaku bisa mengurus surat-surat. Saya harap gebrakan ini tidak hanya berlangsung saat operasi, tapi juga seterusnya," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Adang Firman saat mengadakan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah kantor Satuan Administrasi Satu Atap (Samsat) dan Satuan Pelayanan Administrasi (Satpas) SIM Polda Metro Jaya, Senin (3/11).
Modus para calo yang berlagak wartawan itu menawarkan jasa kepada pemohon yang hendak mengurus pajak kendaraan atau SIM. Sasaran mereka biasanya pemohon yang bingung atau tidak mau repot.
Operasi CPP yang digelar dari 3 sampai 13 November 2008 di seluruh kantor satpas dan samsat pada jajaran Polda Metro Jaya ini tidak hanya mengedepankan pelayanan prima Kepolisian Lalu Lintas, tapi juga penertiban terhadap praktik-praktik percaloan.
Pemandangan berbeda terlihat pada kantor samsat dan satpas. Petugas provos berdiri di setiap tempat strategis. Saat masuk ruang pelayanan, pengunjung akan menjumpai Polwan berpakaian sipil mengenakan selempang bertuliskan pemandu.
Seluruh petugas pelayanan publik mengenakan atribut khusus dan bersikap ramah. Di setiap loket disediakan tombol elektronik berisi tiga pilihan, yakni sangat puas, puas, dan tidak puas, di mana tombol itu wajib ditekan pengunjung seusai dilayani petugas.
Dalam kesempatan itu Kapolda yang didampingi Dirlantas Polda Kombes Pol Condro Kirono dan Kasi BPKB Komisaris Sambodo meninjau loket-loket pelayanan bea balik nama (BBN), STNK, dan pelayanan BPKB. Kapolda juga menanyakan langsung kepada masyarakat yang hendak mengurus surat-surat kendaraannya.
"Apa ada oknum petugas yang meminta punggutan biaya di luar dari kewajaran," tanya Kapolda kepada seorang wajib pajak. Yang ditanya tersenyum dan mengatakan, "Tidak."
Lebih jauh Kapolda menegaskan, operasi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan masyarakat. "Beri tahu kepada kami kalau ada anggota yang nakal," katanya menegaskan.
Pada kesempatan yang sama, Kombes Pol Condro Kirono menjelaskan, sasaran perbaikan meliputi pelayanan STNK, SIM, BPKB, tilang, dan penanganan kecelakaan lalu lintas. "Hal ini dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Polantas," kata mantan Dirlantas Polda Jatim itu. (don)
POLISI YANG JADI BEKING PREMAN AKAN DIDOR
Demikian ditegaskan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Irjen Pol Susno Duaji di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (4/11).
Ia mengatakan, Mabes Polri akan menindak tegas aparat dan kelompok atau organisasi masyarakat yang terlibat tindakan premanisme dan meresahkan masyarakat. Bahkan, bila ditemukan ada oknum anggota polisi yang melindungi dan membekingi, akan ditembak.
Polisi, kata dia, tidak pandang bulu dalam menindak kejahatan premanisme yang meresahkan masyarakat, yang dilakukan secara halus, apalagi yang dilakukan secara terang-terangan, baik yang dilakukan oleh oknum polisi, oknum TNI, maupun yang berdasi.
"Kita tidak peduli. Kalau ada anggota yang membekingi atau menghalangi penangkapan terhadap pelaku kejahatan, kita tindak, kita dor, karena anggota itu sama saja mbah-nya preman," ujar Susno Duaji.
Selain itu, Susno juga menegaskan, polisi tidak akan kompromi dengan kelompok atau organisasi masyarakat yang meresahkan masyarakat. "Jadi murni yang kita tindak adalah manusianya," katanya.
Operasi kejahatan premanisme atau kejahatan jalanan ini akan digalakkan di kota-kota besar, utamanya di lima polda, yakni Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Timur, DIY, dan Metro.
Kabareskrim juga meminta masyarakat pro-aktif untuk melaporkan tindakan premanisme, tanpa harus menyebut nama. "Kalau laporannya tidak ditindaklanjuti, baik oleh kapolres maupun kapolda, dan premanisme masih berlangsung, laporkan ke Kabareskrim di nomor 08159771977," katanya.
Susno juga meminta kalangan pers mengungkap praktik-praktik premanisme yang meresahkan masyarakat. Bahkan bila perlu ditulis secara besar-besaran. "Kalau ada yang marah, polres, misalnya, lapor ke Kabareskrim, berarti polres atau serse ada kerja sama dengan preman," katanya.
Untuk mendukung dan menyukseskan program perang melawan premanisme, Mabes Polri menyediakan 19 call center atau pusat pengaduan masyarakat.
Ke-19 call center tersebut meliputi: 1. Polda Jawa Timur di 08121030086; 2. Polda Daerah Istimewa Yogyakarta di 08123876159; 3. Kapolwiltabes Semarang, Jawa Tengah, di 08127107771; 4. Kapolwiltabes Surabaya, Jawa Timur, di 0811611980; 5. Kapoltabes Daerah Istimewa Yogyakarta di 08157741415; 6. Kapoltabes Medan, Sumatra Utara, di 081264920007; 7. Kapolres Jakarta Pusat di 0811902355; 8. Kapolres Jakarta Selatan di 08121118686; 9. Kapolres Jakarta Timur di 08122212212; 10. Kapolres Jakarta Barat di 081311197777; 11. Kapolres Jakarta Utara di 0811844321; 12. Kapolres Kota Bekasi di 08170 868686; 13. Kapolres KPPP Bandara Soekarno Hatta di 0811857170; 14. Kapolres Depok di 08123539065; 15. Kapolres Kabupaten Bekasi di 08121238989; 16. Kapolres Kabupaten Tangerang di 02193778989; 17. Kapolres Kota Tangerang di 081511118778; 18. Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok di 0811891213; dan 19. Kapolres Kepulauan Seribu di 0818617171.
Sedangkan untuk laporan keterlibatan atau pelanggaran pihak kepolisian, Mabes Polri menyediakan call center di Kabareskrim di 08159771977 dan Direktorat I Bareskrim Polri di 0217218041.
Sementara itu, pada hari kedua Operasi Citra Pelayanan Polantas (CPP), Provost menangkap 83 calo di unit-unit pelayanan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya. Kepala Subbid Provost Polda Metro Jaya AKBP Bonar Marpaung di Jakarta, Selasa (4/11), mengatakan, pada hari pertama operasi, Senin (3/11), pihaknya menangkap 26 calo, yang 16 di antaranya mengaku sebagai wartawan. "Hari ini ditangkap lagi 57 calo," katanya. (don)
PENYEBAR TEROR BUNUH SBY-JK TERUS DIBURU
Ancaman pembunuhan terhadap SBY-JK muncul melalui internet. Hal tersebut membuat pihak kepolisian makin meningkatkan kesiagaannya. Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Irjen Pol Susno Duadji mengatakan, beredarnya ancaman yang dikirim melalui situs www.foznawarabbikakbah.com. itu tidak bisa dianggap remeh. Karenanya, Mabes Polri segera menyelidiki pembuat situs yang dituduh telah membuat teror tersebut.
Selain Presiden, Wakil Presiden dan Jaksa Agung, nama lain yang menjadi target ancaman itu antara lain Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Kejakgung Abdul Hakim Ritonga, dan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi. Seluruh hakim dan jaksa yang terlibat dalam eksekusi mati tiga terpidana mati itu juga jadi sasaran ancaman pembunuhan.
"Situs itu isinya sudah kami buka. Langkah selanjutnya kami akan menyelidiki siapa pembuat situs, dan apa motivasi mereka," kata Susno, di Mabes Polri, Selasa (4/10).
Menurut Susno, motivasi si pembuat ancaman tersebut bisa bermacam-macam, termasuk hanya untuk mencari sensasi. Namun, tidak menutup kemungkinan pembuat ancaman merupakan kelompok yang memang bertujuan untuk menyebarkan teror.
"Muatan dalam situs internet itu ada hal yang serius dan bercanda, itu biasa. Tapi kalau yang sifatnya ancaman itu bukan biasa," ujar Susno.
Kendati demikian, Susno belum bersedia memublikasikan hasil pemeriksaan polisi soal situs ancaman itu. "Jangan dulu. Nanti kalau sudah diketahui repot jadinya," katanya.
Ancaman melalui www.foznawarabbilkakbah.com itu dimuat dalam tiga bahasa, yakni Indonesia, Arab, dan Inggris. Pengancam antara lain menyerukan perang dan mengajak kaum mukminin dan khususnya kaum mujahidin melakukan pembunuhan terhadap sejumlah individu yang terlibat dalam eksekusi Amrozi dan kawan-kawan (dkk).
Sementara itu tentang ancaman bom, informasi yang dihimpun Suara Karya menyebutkan, ancaman terhadap Kedubes AS dan Australia dikirim melalui SMS ke nomor HP 1717, sekitar pukul 06.30 WIB. Satu tim Gegana Polda Metro Jaya segera bergerak menyisir Kedubes AS di Jl Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Penyisiran selesai pukul 09.00 WIB dan situasi aman-aman saja.
Hal serupa juga dilakukan tim Gegana di Kedubes Australia, Jl HR Rasuna Said. Meski ancaman tidak terbukti, Polda menambah personelnya untuk mengamankan dua objek vital tersebut. "Penambahan personel sesuai perintah pimpinan dan hal ini sesuai protap (prosedur tetap)," kata AKP Suliyanto, Ketua Tim Gegana Polda.
Pada Senin malam, tim Gegana juga menyisir kawasan Blok M, Jakarta Selatan, menyusul isu adanya bom di pusat perbelanjaan dan terminal yang setiap hari ramai dikunjungi masyarakat. "Pelaku teror di ketiga tempat ini, orang yang sama serta menggunakan nomor ponsel yang sama," kata Kasubbid Humas Polda AKBP H Mahbub kepada wartawan di Mapolda, kemarin.
Ia menambahkan, pihaknya kini tengah memburu pelaku teror melalui pesan pendek (SMS) di telepon seluler yang nomornya sudah diketahui. "Kita berkerja sama dengan pihak operator nomor telepon seluler untuk melacak pemilik nomor tersebut," kata Mahbub.
Selain melakukan pelacakan terhadap nomor pelaku, kepolisian juga akan melakukan penjagaan lebih ketat terhadap objek-objek vital, khususnya kedutaan-kedutaan besar di Jakarta.
Di Istana, juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng mengatakan, Istana tidak main-main dengan ancaman ini. "Ini merupakan bentuk teror terhadap pejabat negara. Di negara-negara di seluruh dunia ancaman-ancaman seperti itu adalah melanggar UU. Pada dasarnya adalah teror, karena itu kita serius menyikapi," ujar Andi.
Aparat negara, kata Andi, melalui kepolisian, Badan Intelijen Negara (BIN), dan pihak terkait segera mengambil langkah tepat untuk menindaklanjuti ancaman terhadap SBY dan pejabat tinggi negara tersebut.
Menurut Andi, eksekusi terhadap Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Ghufron alias Muklas merupakan keputusan hukum berkekuatan tetap yang harus dilaksanakan. "Eksekusi itu kan urusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap dan kita jalankan keputusan itu," ujarnya.
Membuat dan menyebarkan situs ancaman pembunuhan terhadap Presiden, menurut Andi, pada dasarnya adalah perbuatan terorisme dan negara tidak boleh kalah dari perbuatan terorisme.
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung Jasman Pandjaitan saat dikonfirmasi, Selasa, mengakui pimpinan Kejagung sudah mendengar adanya ancaman tersebut. Namun demikian, pihaknya beranggapan bahwa persoalan eksekusi Amrozi sepenuhnya merupakan persoalan hukum, bukan politik. "Saya no comment," kata Jasman.
Terkait pengamanan pimpinan Kejagung, Hendarman Supandji dan Jampidum Abdul Hakim Ritonga, Jasman menegaskan hal itu sudah diatur dalam prosedur tetap pengamanan.
Saat ditemui wartawan, Jaksa Agung Hendarman Supandji bungkam ketika ditanya soal ancaman pembunuhan terhadap dirinya. Hendarman hanya melengggang menuju mobil dinasnya, sambil mengangkat tangan kanan menanggapi wartawan yang mengejarnya.
Sementara itu, Kejagung telah menunjuk tim jaksa eksekutor tiga terpidana mati kasus Bom Bali I, yakni Amrozi, Ali Ghufron alias Muklas, dan Imam Samudra. Tim jaksa eksekutor itu berasal dari jajaran Kejati Jawa Tengah dan Kejati Bali.
Kapuspenkum Kejagung Jasman Pandjaitan menerangkan, tugas jaksa eksekutor hanya menyangkut aspek yuridisnya, sedangkan untuk eksekusinya dilakukan oleh pihak kepolisian. (don)
Minggu, 02 November 2008
MEDIA MASSA MEMBERI INSPIRASI BAGI PELAKU
Kasus mayat dipotong-potong atau mutilasi (mutilate) yang terjadi akhir-akhir ini, membuat hati kebanyakan orang miris. Belum habis kita dibuat kaget oleh peristiwa mutilasi dengan korban Heri Santoso yang dilakukan Verry Idham Henyansyah alias Ryan, tiba-tiba masyarakat kembali digemparkan oleh kasus serupa yang ditemukan di Bus Mayasari Bakti P-64, Senin (29/9).
Sebenarnya kasus mutilasi telah banyak terjadi di Indonesia. Jauh sebelum kasus Ryan, di Jakarta pernah gempar dengan kasus mayat potong tujuh pada tahun 1980-an. Juga pada kerusuhan antaretnis di Kalimantan, Maluku, dan Poso, sering kali dijumpai kasus mutilasi.
Kebanyakan kasus mutilasi dilatarbelakangi kebencian dan sakit hati yang berlebihan. Dan yang menarik banyak pelakunya yang menderita penyimpangan seks. Bagaimana Anda melihatnya ?
Bisa jadi orang itu melakukan mutilasi karena dilanda kebencian yang berlebihan. Terjadi ledakan kemarahan karena ia merasa terhina atau cemburu. Kasus-kasus seperti itu biasanya berlangsung secara spontan dan tidak terorganisasi.
Apakah pelaku mutilasi bisa disebut psikopat (sakit jiwa)?
Untuk menggolongkan orang itu psikopat, banyak kriterianya. Saya belum bisa menyebut pelaku itu psikopat sebelum melakukan penelitian. Orang psikopat cenderung merasakan kenikmatan dan kenyamanan serta kesenangan ketika menyaksikan kesakitan, penderitaan dari orang lain yang diakibatkan oleh perbuatan yang ditimbulkan.
Apakah fenomena mutilasi ini bisa dihentikan?
Di Indonesia, kasus mutilasi saya kira belum sampai pada tahapan kelompok mafia. Di luar negeri ada semacam kelompok kejahatan terorganisasi yang ingin menunjukkan kekuatan dan peringatan kepada pesaing atau pun anggotanya.