Minggu, 26 Oktober 2008

PELAKU MUTILASI ITU ISTRI KEEMPAT KORBAN


JAKARTA (Suara Karya): Misteri mayat korban mutilasi di Bus Mayasari Bakti, akhirnya terkuak. Korban yang memiliki tato macan di lengan kiri itu ternyata Hendra (41), warga yang mengontrak di RT 04, RW 04, Kota Bumi, Tangerang. Sehari-hari dia sopir angkot jurusan Kota Bumi - Kalideres.
Mayatnya diduga dipotong-potong oleh Sriyati alias Sutemi yang tak lain isteri keempat Hendra. Motifnya karena sering disakiti suaminya.
Belum ada penjelasan resmi tentang terungkapnya identitas Hendra. Wadireskrimum Polda Metro AKBP Purwadi yang dihubungi melalui telepon seluler mengaku masih mencocokan data. "Sama-sama lah, kita juga masih mencocokan data-data di lapangan dengan bukti-bukti yang sudah dikumpulkan," katanya.
Dugaan bahwa Sriyati merupakan pelaku mutilasi berasal dari pengakuan tentangga Hendra dan Yati. Endah, tetangga suami isteri tersebut, mengaku mengenal Hendra. Ia juga tahu laki-laki tersebut punya tato macan di lengan.
Ia mengaku sudah dipanggil polisi atas laporannya. Kecurigaan bahwa Yati yang membunuh Hendra karena pada Minggu (26/10) sebelum lebaran Sriyati pernah meminjam golok untuk membelah kelapa dan memotong kerbau. Mayat Hendra ditemukan di Bus Mayasari Bakti, Senin ((29/10) pukul 15.00.
Kecurigaan lain yang dirasakan, tiba-tiba Yati mengaku akan ke rumah anaknya di Temanggung selama dua bulan. Anehnya seluruh barang Yati dibawa. Padahal, wanita itu pernah janji mau membuat kue sebelum lebaran untuk dijual ke tetangga-tetanga. Saat ditanya keberadaan Hendra, kata Yati, suaminya sedang dapat order menyopir ke Bandung.
Selain menangkap Yati, polisi juga menangkap AR, laki-laki yang menemani Yati di bus Mayasari Bakti. AR ditangkap lebih dulu pada Jumat (24/10), di Tangerang. Dia yang membawakan tas kresek merah yang berisi 13 potongan tubuh korban. Kepada polisi sopir angkot itu mengaku tidak tahu kalau tas yang dibawanya berisi potongan mayat.
Kasus Cibinong
Sementara itu pada kasus mutilasi di Cibinong, Bogor, polisi akhirnya menetapkan Saiman alias Entong sebagai tersangka. Laki-laki dua isteri itu mengaku memotong kedua telapa tangan sang istri karena suka meminta-minta.
Perbuatan tersangka dilandasi perasaan sakit hati dan cemburu. Atika sebagai istri kedu kerap meminta uang kepada orang lain, sekaligus menjelek-jelekkan dirinya. Karena tak kuasa menahan kesabaran, Entong akhirnya membunuh istrinya dan menghilangkan kedua telapak tangan Atika.
Kanit Reskrim Polsek Cibinong, Ipda Victor di Cibinong, Bogor, Minggu (26/10) mengatakan, Entong mengaku isterinya sering mengumbar cerita bahwa suaminya tak pernah memberi uang. Entong juga cemburu karena pernah melihat almarhumah jalan dengan laki-laki lain.
Sejak awal, kata Viktor, pihaknya sudah curiga pelakunya Entong. Tapi, polisi terus menyelidiki alibi-alibinya. Setelah ada petunjuk yang jelas, polisi berhasil mengorek pengakuan Entong. "Tanda tangannya yang ada di kartu Flexi (barang bukti --Red) sama dengan tanda tangan yang ada di BAP Entong waktu jadi saksi. Saya lihat ada coretan di kartu Flexi itu kok sama dengan di BAP. Lap (kain --Red) untuk membekap Atika juga ada di rumahnya," tuturnya.
Entong akhirnya mengakui perbuatannya. Pembunuhan dilakukan dengan mencekik Atika. Kemudian mulut istri dibekap dengan kain handuk. Setelah dipastikan tewas, kedua telapak tangan Atika baru dipotong. Entong, yang bakal dijerat pasal 338 KUHP tentang pembunuhan biasa atau pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, diduga melakukan pembunuhan ini secara berencana.
Karenanya, walau sudah mengakui membunuh istrinya, Entong tetap diperiksa secara intensif oleh Polsek Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Pasalnya, polisi menduga dia (Entong --Red) melakukan pembunuhan secara berencana. (Sadono)